ASUHAN KEPERAWATAN MASYARAKAT MARITIM DENGAN HIPERTENSI KELOMPOK 1

ASUHAN KEPERAWATAN MASYARAKAT MARITIM DENGAN HIPERTENSI
OLEH :

 

KELOMPOK 1
NAMA NIM
AFISAH MULYA RAHMA S..0017.P.001
ILMI NURUL RAHMAH S.0017.P.017
AYU ANDIRA S.0017.P.009
SUMIATIN S.0017.P.036
NINING   S.0017.P.026
NURBIYANTORO     S.0016.P.020


STIKES KARYA KESEHATAN KENDARI
PRODI S1 KEPERAWATAN
2020


KATA PENGANTAR
Puji dan syukur penyusun panjatkan kehadirat TuhanYang Maha Esa yang telah memberikan rahmat dan hidayahNya, sehingga kami dapat menyelesaikan makalah ini dengan judul“ ASUHAN KEPERAWATAN HIPERTENSI “. Makalah  ini di susun untuk memenuhi salah satu tugas dalam mata kuliah keperawatan maritim.
Dalam penyusunan makalah ini, penyusun banyak memperoleh bantuan serta bimbingan dari berbagai pihak.Oleh karena itu, perkenankanlah kami mengnucapkan terima kasih.
Kami  menyadari bahwa dalam penyusunan makalah ini masih jauh dari sempurna, untuk itu kami sangat mengharapkan kritik dan saran yang sifatnya membangun agar sempurnanya makalah ini. Kami berharap semoga makalah ini dapat bermanfaat bagi pembaca umumnya dan kami khususnya.

Kendari , 24 Juni 2020

Penyusun
















DAFTAR ISI
                                 
KATA PENGANTAR
DAFTAR ISI
BAB I
PENDAHULUAN
A.     Latar Belakang
B.     Tujuan Penyusunan
C.     Manfaat Penuulisan
BAB II
TINJAUAN TEORI
A.     Pengertian Hipertensi
B.     Klasifikasi hipertensi
C.     Anatomi fisioligi sistem kardiovaskular
D.     Etiologi
E.     Patofisiologi
F.      Manifestasi Klinis
G.     Pemeriksaan Penunjang
H.     Penatalaksanaan
I.       Komplikasi
J.      Konsep Keperawatan
1.      Pengkajian
2.      Diagnosa
3.      Kriteria Hasil
4.      Intervensi
BAB III
ASUHAN KEPERAWATAN
A.     Kasus
B.     Pengkajian
C. Analisa Data
D. Diagnosa
F. Implementasi Dan Evaluasi
BAB IV
PENUTUP
A.     Kesimpulan
B.     Saran
DAFTAR PUSTAKA


















BAB I
PENDAHULUAN
A.    Latar Belakang
Hipertensi merupakan suatu keadaan dimana seseorang mengalami peningkatan tekanan darah di atas normal yang mengakibatkan peningkatan angka kesakitan dan angka kematian. Tekanan darah 140/90 mmHg didasarkan pada dua fase dalam setiap denyut jantung yaitu fase sistolik 140 menunjukkan fase darah yang sedang dipompa oleh jantung dan fase 90 diastolik menunjukkan fase darah kembali ke jantung (1). Faktor penyebab dari hipertensi itu seperti perubahan gaya hidup sebagai contohnya merokok, obesitas, inaktivitas fisik dan stres psikososial (2).
Data statistik WHO (word Hearld Organization) melaporkan hingga tahun 2018 terdapat satu milyar orang di dunia menderita hipertensi dan diperkirakan sekitar 7,5 juta orang atau 12,8% kematian dari seluruh total kematian yang disebabkan oleh penyakit ini, tercatat 45% kematian akibat jantung koroner dan 51% akibat stroke yang juga disebabkan oleh hopertensi. Menurut American Haert Association (2018) tercatat sekitar 77,9 juta orang di amerika serikat dengan perbandingan 1 dari 3 orang dewasa menderita hipertensi. Jumlah ini diperkirakan akan meningkat pada tahun 2030 sekitar 83,2 juta orang atau 7,2% . sementara itu menurut National Health Nutrition Examination Survey (NHNES), di amerika orang dewasa dengan hipertensi pada tahun 2016-2018 tercatat sekitar 39-51% hal ini menunjukan terjadinya peningkatan sekitar 15 juta orang dari total 58-65 juga menderita hipertensi (2). Angka kejadian hipertensi di indonesia menurut riset Kesehatan Dasar Tahun 2017 menunjukan bahwa prevalensi hipertensi di indonesia berdasarkan pengukuran tekanan darah mengalami peningkatan 5,9%, dari 25,8% menjadi 31,7% dari total penduduk dewasa. Berdasarkan pengukuran sampel umur lebih dari 18 tahun prevelansi hipertensi mengalami peningkatan yakni 7,6% pada tahun 2015 dan 9,5% tahun 2017 dengan total presentase sebesar 25,8%. Prevelansi hipertensi tertinggi di Bangka Belitung dengan presentase 25,8%, kalimantan selatan 30,8%, kalimantan timur 29,6%, jawa barat 29,5% (2).  Berdasarkan data kesehatan Provinsi Sulawesi Tenggara, prevalensi hipertensi setiap tahunnya mengalami peningkatan. Pada tahun 2014 hipertensi berada pada urutan keempat dari sepuluh penyakit terbesar di Provinsi Sulawesi Tenggara yaitu sebesar 24.419 kasus (9,25%), namun pada tahun 2015 hipertensi berada pada urutan kedua yaitu sebesar 19.743 kasus (17,67%), dan terus meningkat pada tahun 2016. Prevalensi kasus hipertensi menempati urutan pertama dari sepuluh penyakit terbesar di Provinsi Sulawesi Tenggara yaitu sebesar 18.054 kasus (61,57%) (3).
Masalah keperawatan yang dapat muncul pada pasien hipertensi salah satunya adalah ketidakefektifan perfusi jaringan perifer (1). Perfusi jaringan perifer adalah keadaan di mana seorang individu mengalami atau beresiko mengalami suatu penurunan  sirkulasi darah ke perifer yang dapat mengganggu kesehatan (1). Rencana tindakan keperawatan dari diagnosa tersebut diharapkan pasien mampu mempertahankan fungsi jaringan dengan kriteria hasil: pengisian kapiler kaki (1), pengisian kapiler jari kaki (2) suhu kulit kaki dan tangan (3), tekanan darah sistolik dan diastolik normal (4), nyeri di ujung kaki dan tangan yang terlokalisasi tidak ada (5) (1).
Penanganan hipertensi dapat dilakukan dengan cara farmakologi yaitu dengan obatobatan anti hipertensi atau dengan cara non farmakologi yaitu peningkatan latihan. Salah satu tehnik yang dapat dijadikan terapi alternaltif untuk hipertensi adalah pijat refleksi kaki.Pijat refleksi kaki memberikan manfaat yaitu mengurangi rasa sakit pada tubuh, bisa juga mencegah berbagai macam penyakit, meningkatkan daya tahan tubuh, membantu mengatasi stres, meringankan gejala migrain, membantu penyembuhan penyakit kronis, dan mengurangi ketergantungan terhadap obatobatan. Pijat refleksi kaki menggunakan alat pijat kayu (APIYU) berbentuk segitiga dengan ukuran 8,5 cm berwarna coklat kayu. Bentuk ujung-ujungnya berfungsi sebagai pengganti jari dalam melakukan pijatan.Alat pijat kayu memiliki manfaat melancarkan sirkulasi darah, mendorong relaksasi, mengurangi rasa sakit dan ketegangan otot, meredakan kelelahan, dan menenangkan tubuh serta pikiran. Pijat refleksi ini ada teknik-teknik dasar yang sering dipakai, yaitu: teknik merambat ibu jari, memutar kaki pada satu titik, serta melakukan teknik menekan dan menahan. Rangsangan-rangsangan yang diberikan berupa tekanan pada kaki ini dapat memancarkan gelombang-gelombang relaksasi keseluruh tubuh (1).
B.     Tujuan Penyusunan
1.      Mahasiswa mengetahui proses terjadinya hipertensi
2.      Mahasiswa mengetahui cara mencegah kejadian hipertensi
3.      Mahasiswa mampu merumuskan rencana asuhan keperawatan pada kasus hipertensi
C.    Manfaat Penuulisan
1.      Bagi mahasiswa, makalah ini dapat dijadikan sebagi bahan reverensi untuk materi kasus hipertensi.
2.      Bagi masyarakat, makalah ini dapat memberikan edukasi kepada masyarakat tentang hipertensi, sehigga masyarakat dapat mengetahui apa itu hipertensi, penyebab, tanda dan gejala, komplikasi dan lainnya.
3.      Bagi ilmu pengetahuan keperawatan, makalah ini dapat dijadikan sebagai update referensi mengenai kasus hipertensi.



BAB II
TINJAUAN TEORI
A.    Pengertian Hipertensi
Istilah hipertensi diambil dari bahasa Inggris hypertension yang berasal dari bahasa Latin “hyper” dan “tension. “Hyper” berarti super atau luar biasa dan “tension” berarti tekanan atau tegangan. Hypertension akhirnya menjadi istilah kedokteran yang populer untuk menyebut penyakit tekanan darah tinggi. Tekanan darah adalah tenaga yang dipakai oleh darah yang dipompakan dari jantung untuk melawan tahanan pembuluh darah, jika tekanan darah seseorang meningkat dengan tajam dan kemudian menetap tinggi, orang tersebut dapat dikatakan mempunyai tekanan darah tinggi atau hipertensi (4).
Hipertensi atau darah tinggi adalah penyakit kelainan jantung dan pembuluh darah yang ditandai dengan peningkatan tekanan darah. WHO (World Health  Organization) memberikan batasan tekanan darah normal adalah 140/90 mmHg, dan tekanan darah sama atau diatas 160/95 mmHg dinyatakan sebagai hipertensi. Batasan ini tidak membedakan antara usia dan jenis kelamin (2).
Hipertensi dapat didefinisikan sebagai tekanan darah persisten dimana tekanan sistoliknya di atas 140 mmHg dan diastolik di atas 90 mmHg.Pada populasi lansia, hipertensi didefinisikan sebagai tekanan sistolik 160 mmHg dan tekanan diastolik 90 mmHg (2).
Dari beberapa pengertian diatas dapatsayadisimpulkan hipertensi adalah penyakit kelainan jantung dan pembuluh darah dimana tekanan sistoliknya diatas 140 mmHg dan diastoliknya diatas 90 mmHg.
B.     Klasifikasi hipertensi
Hipertensi dibedakan menjadi;
1.      Hipertensi di mana tekanan sistolik sama atau lebih besar dari 140 mmHg dan tekanan diastolik sama atau lebih besar dari 90 mmHg,
2.      Hipertensi sistolik terisolasi di mana tekanan sistolik lebih besar dari 160 mmHg dan tekanan diastolik lebih rendah dari 90 mmHg.
Sedangkan berdasarkan penyebab hipertensi dapat dibedakan menjadi dua golongan, yaitu: Hipertensi essensial (hipertensi primer) dan hipertensi sekunder (4).
1.      Hipertensi primer atau esensial atau pula hipertensi idiopatik adalah hipertensi yang tidak diketahui penyebabnya. Hipertensi jenis ini merupakan 90% kasus hipertensi yang banyak terjadi dimasyarakat. Hipertensi ini merupakan proses kompleks dari beberapa organ utama dan sistem, meliputi jantung, pembuluh darah, saraf, hormon dan ginjal.
2.      Hipertensi sekunder adalah naiknya tekanan darah yang diakibatkan oleh suatu sebab. Hipertensi jenis ini terjadi pada 5% kasus yang terjadi di masyarakat. Selain itu ada beberapa jenis hipertensi dengan ciri khas khusus. Isolated Systolic Hypertension adalah hipertensi yang terjadi ketika tekanan sistolik lebih dari 140 mmHg namun tekanan diastolik dalam batas normal. Keadaan ini berhubungan dengan arteriosclerosis (pengerasan dinding arteri). Pregnancy Induced Hypertension adalah kondisi naiknya tekanan darah yang terjadi selama kehamilan, dimana naiknya tekanan darah sistolik dan diastolik lebih dari 15 mmHg (4).
C.    Anatomi fisioligi sistem kardiovaskular
Sistem kardiovaskuler adalahsystem transfor (peredaran) yang membawa gas -gas pernafasan nutrisi,hormon-hormon dan zat lain kedalam jaringan tubuh.kardiovaskuler dibangun oleh :
1.      Jantung
Merupakansebuat organ yang terdiri dari otot.otot jantung merupakan jaringan istimewa karena di lihat dari bentuk dan susunannya sama dengan otot lintang,tetapi cara kerjanya sama otot polos yaitu di luar kemauan kita (dipengaruhi oleh susunan saraf otonom)
2.      Pembulu darah
a.       pembuluh darah arteri
arteri merupakan jenis pembuluh dara yang keluar dari jantung yang membawa darah keseluruh dari ventrikel sinistra di sebut aorta. Arteri mempunyai 3 lapisa yang kuat dan tebal tetapi sifatnya elastic dan terdiri dari 3 lapisan :
1)      Tunika intima/interna lapisan paling dalam sekali berhubungan dengan darah dan terdiri dari jaringan endotel
2)      Tunika media lapisan tengah yang terdiri Dario jaringan otot yang terdiri dari jaringan otot yang polos
3)      Tunika eksterma/adfentesia lapisan yang paling luar sekali terdiri dari jaringan ikat lembur yang menguatkan dinding arteri.
b.      Pembuluh Darah Kapiler
Kapiler adalah pembuluh dara yang sagat kecil teraba dari cabang terhalus dari arteri sehingga tidak tampak kecuali bawa mikroskop.
c.       Pembuluh darah vena (pemburuh dara balik)
vena pembawa darah kotor kembali kejantung beberapa vena yang penting :
1)      vena cava superior
Vena balik yang memasuki arterium kanan membwa dara kotor dari daerah kepala, toraks, dan ekstermitas astas.
2)      vena capa   inferor
Vena yang mengembalikan darah kotor kejantung.dari semua organ tubuh bagian bawah.
3)      vena cava jugularis
Vena yang mengembalikan darah kotor dari otak kejantun.
Khusus system pengatar arterium keventerikel terdapat perlambatan 1/10 detik antara jalan implus masuk dan atrium kedalam ventrikel . hal inii memungkinkan atrium berkontraksi mendahului ventrikel, atrium berkerja sebagai pompa primer bagi ventrikel dan ventrikel kemudian menyediakan sumber tenaga utama bagi pergerakan darah melalui system vascular (5).

D.    Etiologi
Penyebab hipertensi adalah terjadinya perubahan-perubahan pada :
1.    Elastisitas dinding aorta menurun
2.    Katub jantung menebal dan menjadi kaku
3.    Kemampuan jantung memompa darah menurun 1% setiap tahun sesudah berumur 20 tahun kemampuan jantung memompa darah menurun menyebabkan menurunnya kontraksi dan volumenya. 
4.    Kehilangan elastisitas pembuluh darah Hal ini terjadi karena kurangnya efektifitas pembuluh darah perifer untuk oksigenasi
5.    Meningkatnya resistensi pembuluh darah perifer
Meskipun hipertensi primer belum diketahui dengan pasti penyebabnya, data-data penelitian telah menemukan beberapa faktor yang sering menyebabkan terjadinya hipertensi. Faktor tersebut adalah sebagai berikut :
1.    Faktor keturunan
Dari data statistik terbukti bahwa seseorang akan memiliki kemungkinan lebih besar untuk mendapatkan hipertensi jika orang tuanya adalah penderita hipertensi
2.    Ciri perseorangan
Ciri perseorangan yang mempengaruhi timbulnya hipertensi adalah:
a.       Umur ( jika umur bertambah maka TD meningkat )
b.      Jenis kelamin ( laki-laki lebih tinggi dari perempuan )
c.       Ras ( ras kulit hitam lebih banyak dari kulit putih )
d.      Kebiasaan hidup
Kebiasaan hidup yang sering menyebabkan timbulnya hipertensi adalah:
1)      Konsumsi garam yang tinggi (melebihi dari 30 gr)
2)      Kegemukan atau makan berlebihan
3)      Stress
4)      Merokok
5)      Minum alcohol
6)      Minum obat-obatan ( ephedrine, prednison, epineprin )
Sedangkan penyebab hipertensi sekunder adalah penyakit-penyakit seperti Ginjal, Glomerulonefritis, Pielonefritis, Nekrosis tubular akut, Tumor, Vascular, Aterosklerosis, Hiperplasia, Trombosis, Aneurisma, Emboli kolestrol, Vaskulitis, Kelainan endokrin, DM, Hipertiroidisme, Hipotiroidisme, Saraf, Stroke, Ensepalitis. Selain itu dapat juga diakibatkan karena Obat-obatan Kontrasepsi oral Kortikosteroid (2).
E.     Patofisiologi
patofisiologi hipertensi terdapat pada, mekanisme yang mengatur atau mengontrol kontriksi dan relaksasi pembuluh darah terletak di pusat vasonator. Pada medula otak, dari pusat vasomotor inilah bermula jaras saraf simpatis, yang berlanjut ke bawah ke korda spinalis dan keluar dari kolumna, medula spinalis ganglia simpatis di toraks dan abdomen.Rangsangan pusat vasomotor dihantarkan dalam bentuk impuls yang bergerak ke bawah melalui sistem saraf simpatis ke ganglia simpatis. Pada titik ini, neuron pre ganglion melepaskan asetilkolin, yang akan merangsang serabut saraf pasca ganglion ke pembuluh darah. Berbagai faktor seperti kecemasan dan ketakutan dapat mempengaruhi respon pembuluh darah terhadap rangsangan vasokontriksi. Individu dengan hipertensi sangat sensitif terhadap norepinefrin, meski tidak diketahui dengan jelas mengapa bisa terjadi hal tersebut (4).
Pada saat yang bersamaan, sistem saraf simpatis merangsang pembuluh darah sebagai respon rangsang emosi, kelenjar adrenal juga terangsang.Hal ini mengakibatkan tambahan aktifitas vasokontriksi.Medula adrenal mensekresi epinefrin yang menyebabkan vasokontriksi.Korteks adrenal mensekresi kortisol dan steroid lainnya untuk memperkuat respon vasokontriktor pembuluh darah.Vasokontriksi mengakibatkan penurunan aliran ke ginjal dan memicu pelepasan renin. Pelepasan renin inilah yang merangsang pembentukan angiotensin I yang akan diubah menjadi angiotensin II, suatu vasokontriktor kuat yang nantinya akan merangsang sekresi aldosteron oleh korteks adrenal. Hormon aldosteron ini menyebabkan retensi natrium dan air oleh tubulus ginjal, sehingga terjadi peningkatan volume intra vaskular.Semua faktor ini dapat mencetus terjadinya hipertensi. Pada keadaan gerontologis dengan perubahan struktural dan fungsional system (4).
pembuluh perifer bertanggung jawab terhadap perubahan tekanan darah usia lanjut. Perubahan itu antara lain aterosklerosis hilangnya elastisitas jaringan ikat dan penurunan dalam relaksasi otot polos pembuluh darah. Akibatnya akan mengurangi kemampuan aorta dan arteri besar dalam mengakomodasi volume darah yang dipompa oleh jantung (volume secukupnya) dan curah jantung pun ikut menurun, sedangkan tahanan perifer meningkat(4).
F.     Manifestasi Klinis
Pada hipertensi tanda dan gejala dibedakan menjadi:
1.    Tidak Bergejala
Maksudnya tidak ada gejala spesifik yang dapat dihubungkan dengan peningkatan tekanan darah, selain penentuan tekanan arteri oleh dokter yang memeriksa, jika kelainan arteri tidak diukur, maka hipertensi arterial tidak akan pernah terdiagnosa.
2.    Gejala yang lazim:
Gejala yang lazimmenyertai hipertensi adalah nyeri kepala, kelelahan.Namun hal ini menjadi gejala yang terlazim pula pada kebanyakan pasien yang mencari pertolongan medis.
Manifestasi klinis pasien hipertensi diantaranya: mengeluh sakit kepala, pusing, lemas, kelelahan, gelisah, mual dan muntah, epistaksis, kesadaran menurun. Gejala lainnya yang sering ditemukan: marah, telinga berdengung, rasa berat di tengkuk, sukar tidur, mata berkunang-kunang (4).
G.    Pemeriksaan Penunjang
1.    Pemeriksaan Laboratorium;
Hb/Ht: untuk mengkaji hubungan dari sel-sel terhadap volume cairan(viskositas) dan dapat mengindikasikan faktor resiko seperti: hipokoagulabilitas, anemia. BUN/ kreatinin: memberikan informasi tentang perfusi/fungsi ginjal. Glukosa: Hiperglikemi (DM adalah pencetus hipertensi) dapatdiakibatkan oleh pengeluaran kadar ketokolamin. Urinalisa: darah, protein, glukosa, mengisyaratkan disfungsi ginjal dan ada DM.
2.    Computerised tomography (CT Scan) Untuk mengkaji adanya tumor cerebral, encelopati.
3.    Elektrokardiogram (EKG) untuk menunjukan pola regangan, di mana luas, peninggian gelombang P adalah salah satu tanda dini penyakit jantung hipertensi.
4.    International unit (IU) Untuk mengidentifikasikan penyebab hipertensi seperti: batu ginjal, perbaikan ginjal.
5.    Poto dada: untuk Menunjukkan destruksi kalsifikasi pada area katup, pembesaran jantung
H.    Penatalaksanaan
Tujuan terapi antihipertensi adalah pengurangan morbiditas dan mortalitas penyakit kardiovaskular dan ginjal. Karena sebagian besar pasien dengan hipertensi, terutama yang berumur sedikitnya 50 tahun, mendapatkan tekanan darah diastolik yang normal bila tekanan sisitolik normal dapat diwujudkan, maka tujuan utama terapi hipertensi adalah mempertahankan tekanan sistolik dalam batas normal. Mempertahankan tekanan darah sistolik dan diastolik kurang dari 140/90 mmHg berhubungan dengan menurunnya komplikasi penyakit kardiovaskular. Pada pasien dengan hipertensi yang disertai diabetes dan penyakit ginjal, target tekanan darahnya adalah 130/80 mmHg (4).
1.    Penatalaksanaan Non Farmakologis:
Adopsis gaya hidup sehat oleh semua individu penting dalam pencegahan meningkatnya tekanan darah dan bagian yang tidak terpisahkan dari terapi pasien dengan hipertensi. Terdapat banyak pilihan terapi non-farmakologis dalam menangani hipertensi pada lansia, terutama bagi mereka dengan peningkatan tekanan darah yang ringan. Bukti saat ini menunjukkan bahwa perubahan gaya hidup cukup efektif dalam menangani hipertensi ringan pada lansia. Beberapa cara berikut membantu menurunkan tekanan darah pada lansia: mengurangi berat badan yang berlebihan, mengurangi atau bahkan menghentikan konsumsi alkohol, mengurangi intake garam pada makanan, dan melakukan olah raga ringan secara teratur. Cara lain yang secara independen mengurangi resiko penyakit arteri terutama adalah berhenti merokok. Pada pasien dengan hipertensi ringan sampai sedang (tekanan diastolik 90-105 mmHg dan atau sistolik 160-180mmHg) terapi nonfarmakologi dapat dicoba selama 3 sampai 6 bulan sebelum mempertimbangkan pemberian terapi farmakologis. Pada hipertensi berat, perubahan gaya hidup dan terapi farmakologi harus dijalani secara bersama-sama. Pola makan makanan tinggi kalium dan kalsium serta rendah natrium juga merupakan metode terapi nonfarmakologis pada lansia penderita hipertensi ringan.
2.    Penatalaksanaan Farmakologis:
Secara garis besar terdapat beberapa hal yang perlu diperhatikan dalam pemberian atau pemilihan obat anti hipertensi yaitu: mempunyai efektivitas yang tinggi, mempunyai toksitas dan efek samping yang ringan atau minimal, memungkinkan penggunaan obat secara oral, tidak menimbulkan intoleransi, harga obat relatif murah sehingga terjangkau oleh klien, dan memungkinkan penggunaan jangka panjang. Saat ini, pemberian terapi farmakologis menunjukkan penurunan morbiditas dan mortalitas pada lansia penderita hipertensi. Berdasarkan penelitian terbaru pada obat-obat antihipertensi yang tersedia sekarang ini angiotensin converting enzyme inhibitor (ACE inhibitor), angiotensin-receptor blocker (ARBs), calcium channel blocker, diuretik tipe Tiazid, beta-blocker, semua menurunkan komplikasi penyakit hipertensi.
I.       Komplikasi
Komplikasi hipertensi (6) adalah :
a.       Penyakit jantung
Komplikasi berupa infark miokard, angina pectoris, dan gagal jantung.
b.      Ginjal
Terjadinya gagal ginjal dikarenakan kerusakan progresif akibat tekanan tinggi pada kapiler-kapiler ginjal, glomerulus. Rusaknya glomerulus, darah akan mengalir ke unit-unit fungsional ginjal dan nefron akan terganggu sehingga menjadi hipoksik dan kematian. Rusaknya membran glomerulus, protein akan keluar melalui urin sehingga tekanan osmotik koloid plasma berkurang dan menyebabkan edema.
c.       Otak
Komplikasi berupa stroke dan serangan iskemik.Stroke dapat terjadi pada hipertensi kronik apabila arteri-arteri yang memperdarahi otak mengalami hipertrofi dan menebal sehingga aliran darah ke daerah-daerah yang diperdarahi berkurang.
d.      Mata
Komplikasi berupa perdarahan retina, gangguan penglihatan, hingga kebutaan
e.       Kerusakan pada pembuluh darah arteri
Jika hipertensi tidak terkontrol, dapat terjadi kerusakan dan penyempitan arteri atau yang sering disebut dengan aterosklerosis dan arterosklerosis (pengerasan pembuluh darah).
J.      Konsep Keperawatan
1.    Pengkajian
Fokus pengkajian Asuhan keperawatan pada klien hipertensi dilaksanakan melalui proses keperawatan yang terdiri dari(6) :
a.       Aktivitas atau istirahat
kelemahan, letih, nafas pendek, frekuensi jantung tinggi, perubahan irama jantung.
b.       Riwayat hipertensi, aterosklerosis, penyakit selebravaskular, kenaikan tekanan darah, takikardi, distritmia, kulit pucat, sianosis, diaphoresis.
c.       Integritas ego
Perubahan kepribadian, ansietas, depresi atau marah kronik, gelisah, otot muka tegang, pernafasan maligna, peningkatan pola bicara
d.      Gangguan ginjal saat ini atau masa lalu seperti infeksi, obstruksi atau riwayat penyakit ginjal
e.       Makanan / cairan
Makanan yang disukai tinggi garam, tinggi lemak, tinggi kolesterol, mual dan muntah, perubahan berat badan, adanya edema.
f.       Neurosensori
Pusing, sakit kepala, gangguan penglihatan, perubahan keterjagaan, orientasi pola atau isi bicara efek proses pikir atau memori (ingatan), respon motorik (penurunan kekuatan genggaman tangan), perubahan retina optic.
g.      Nyeri atau kenyamanan
Angina, nyeri hilang atau timbul pada tungkai klaudikasi, sakit kepala, nyeri abdomen
h.      Pernapasan
Dispnea, takipnea, dispnea nocturnal paroksimal, riwayat merokok, batuk dengan atau tanpa sputum, distress respirasi atau penggunaan otot aksesori pernafasan.
2.      Diagnosa
Diagnosa keperawatan adalah penilaian klinis tentang respon individu, keluarga atau komunitas terhadap proses kehidupan/ masalah kesehatan. Aktual atau potensial dan kemungkinan dan membutuhkan tindakan keperawatan untuk memecahkan masalah tersebut.Adapun diagnosa keperawatan yang muncul pada pasien hipertensi adalah sebagai berikut

a.    Resiko tinggi terhadap penurunan curah jantung berhubungan dengan peningkatan afterload dan vasokontriksi.Kode (D.0011)
b.    Nyeri atau sakit kepala berhubungan dengan peningkatan tekanan vascular selebral.Kode (D.0074)
c.    Intoleransi aktivitas berhubungan dengan kelemahan fisik.Kode(D.0056)
3.      Kriteria Hasil
a.    Resiko tinggi terhadap penurunan curah jantung berhubungan dengan peningkatan afterload dan vasokontriksi.Kode (D.0011)
Tekanan darah dalam rentang normal
b.      Nyeri atau sakit kepala berhubungan dengan peningkatan tekanan vascular selebral.Kode (D.0074)
klien melaporkan nyeri berkurang
c.       Intoleransi aktivitas berhubungan dengan kelemahan fisik.Kode (D.0056)
klien dapat melakukan aktivitas ringan.
4.      Intervensi
a.       Resiko tinggi terhadap penurunan curah jantung berhubungan dengan peningkatan afterload dan vasokontriksi.Kode (1.02075)
Perawatan jantung :
1)   Identifikasi tanda atau gejala primer penurunan curah jantung(meliputi dyspnea,kelelahan, edema, ortopnea dan peningkatan CVP).
2)   Identifikasi tanda atau gejala sekundr penurunan curah jantung(meliputi peningkatan berat badan, hepatomegaly, palpitasi).
3)   Monitor intake dan output cairan
4)   Posisikan pasien semifowler atau fowler dengan kaki dibawah atau posisi nyaman
5)   Berikan dukungan emosional dan spiritual
b.      Nyeri atau sakit kepala berhubungan dengan peningkatan tekanan vascular selebral.
Manajemen nyeri :Kode (1.08238)
1)   Identifikasi lokasi, karakteristik, durasi, frekuensi, kualitas, dan itensitas nyeri
2)   Identifikasi skala nyeri
3)   Berikan teknik nonfarmakologis untuk mengurangi rasa nyeri (missal hypnosis, akupresur, terapi music, terapi pijat, aromaterapi)
4)   Fasilitasi istrahat dan tidur
c.       Intoleransi aktivitas berhubungan dengan kelemahan fisik.
Terapi aktifitas :Kode (1.05186)
1)   Identifikasi deficit tingkat aktivitas
2)   Identifikasi kemampuan berpartisipasi dalam aktivitas tertentu
3)   Fasilitasi focus pada kemampuan, bukan deficit yang dialami
4)   Ajarkan cara melakukan aktivitas yang dipilih



















BAB III
ASUHAN KEPERAWATAN
A.    Kasus
Seorang  pasien bernama Tn. Aberusia 50thn merasa lemas sekujur tubuhnya dan kepala pusing disertai mual, nyeri pada tungkai sakit kepala disertai rasa tegang dan leher kaku serta susah melakukan aktifitas. Kemudian pasien tersebut kerumah sakit untuk memeriksakan kesehatannya  dan dokter tersebut mengatakan pasien terkena Hipertensi
B.     Pengkajian
1.      Identitas Pasien
Nama                                  : Tn. A
Jenis Kelamin                    :  Laki-laki
Umur                                 :  50 Tahun
Agama                               :  Islam
Pendidikan                         :  SMA
Alamat                               : Konsel   
Diagnosa Keperawatan     :  Hipertensi
2.      Penanggung Jawab
Nama                                 : Tn.M
Hubungan dengan Pasien   : Saudara
Pekerjaan                           :  PNS
Umur                                 :  35Tahun
Alamat                              :  Bungkutoko
3.      Riwayat Kesehatan
a.       Keluhan Utama
Pasien datang kerumah sakit, mengatakan kapala pusing, mual, nyeripada tungkai, sakit kepala disertai leher terasa tegang kaku dan susah melakukan aktifitas.
b.      Riwayat Kesehatan Sekarang
kepala pusing, mual, nyeri pada ulu hati, leher dan tengkuk terasa tegang, pasien mengatakan sulit beraktivitas.
4.      Tanda-Tanda Vital
TD       :  190/100 mmHg
N         :  90 x/i
R         :  22 x/i
S         :  350c
5.      Pengkajian Fisik
a.        Kepala
Bentuk kepala bulat, rambut hitam lurus kulit kepala bersih tidak terdapat ketombe
b.        Penglihatan
Baik, tidak ada ikterus, konjungtiva tidak anemis pupil isokor dan slekta baik tidak dijumpai
c.        Penciuman
Bentuk dan posisi, anatomis tidak dijumpai kelainan dapat membedakan bau-bauan
d.       Pendengaran
Pendengaran baik serumen ada dalam batas normal tidak ada dijumpai adanya peradangan dan pendarahan
e.        Mulut
Tidak ada masalah pada rongga mulut, gigi bersih, tidak ada pendarahan maupun peradangan
f.         Pernafasan
Tidak ada masalah pada frekuensi dan irama pernafasan
g.        Jantung
Frekwensi denyut jantung dibawah normal 100x/i, bunyi jantung berirama, tidak adanya dijumpai nyeri pada dada
h.        Abdomen
Pada abdomen tidak dijumpai kelainan begitu juga pada palpasi hepar
i.          Ekstremilasi
pasien mengatakan susah menggerakkan kedua kakinya dan pasien sulit beraktivitas, semua aktivitas pasien dibantu oleh keluarga dan perawat

a.       Pola Aktivitas
Pada aktivitas sebagai kepala rumah tangga yang tiap waktu sedikit dirumah dan jumlah jam kerja yang tiada henti, istirahat yang hanya sebentar adanya hospitalisasi suasana dirumah sakit tidak terlaksana optimal karena badrest
b.      Personal Hygine
Sebelum masuk Rumah Sakit pasien  mandi 3 x sehari, cuci rambut 2 hari sekali kulit kepala bersih, sikat gigi 2 x sehari
C. Analisa Data
1.Nama:Tn.A
2.Diagnosa :Hipertensi
3.Umur :50 thn
NO DATA ETIOLOGI MASALAH
1 DS:  DS:  Pasien mengatakan kepala pusing,mual,leher terasa tegangkaku serta sulit melakukan aktivitas.
DO: : Px tampak meringis kesakitan, kondisi badan lemah.
        DO:TD    : 190/100 mmHg
        Pols  :  90 x/i
        RR    : 22 x/i
        Temp : 370C Peningkatan tekanan darah Intoleransi aktifitasb.dkelemahan
2 DS : mengeluh nyeri
DO : sulit tidur Nyeri akutb.d Agen pencedera fisiologis

D. Diagnosa
1.    Intoleransi Aktivitas b.d kelemahan. Kode (D.0065)
2.    Nyeri Akut b.d Agen pencedera fisiologis. Kode (D.0077)


E. Intervensi
NO Diagnosa Tujuan & kriteria hasil Intervensi
1. Kode (D.0056)
Kategori (Fisiologis)
Subkategori (Aktivitas/Istirahat

Intoleransi Aktivitas b.d kelemahan.

DS: DS:  Pasien mengatakan kepala pusing. Mual,kepala terasa tegang. Kaku serta sulit melakukan aktivitas.
DO: :Px tampak meringis kesakitan, kondisi badan lemah.
        DO: TD    : 190/100 mmHg
                  N    :  90 x/i
                  R    : 22 x/i
                   S     : 370C
Setelah dilakukan tindakan keperawatan selama 2x24 jam/menit

Toleransi aktivitas(L.03032)

(Skala 1 menurun, 2 cukup menurun, 3 sedang, 4 cukup meningkat, 5 meningkat)

Dengan kriteria:
1.Frekuensi nadi (skala 4 menjadi 3)
2.Keluhan lelah (skala 3 menjadi 2)            Intervensi keperawatan


Terapi aktivitas (1.05186)

1. Identifikasi defisit tingkat aktivitas
2. Monitor respon emosional,fisik,sosial,dan spiriktual terhadap aktivitas

2. Kode:D.0077
Kategori    : Pisikologis
Subkategori: Nyeri dan             Kenyamanan

Nyeri akut b.dagen cedera fisiologis

DS: :mengeluh nyeri
DO :sulit tidur Setelah dilakukan tindakan keperawatan selama 2x24 jam/menit

Tingkat nyeri:L.80065

(Skala 1 menurun, 2 cukup menurun, 3 sedang, 4 cukup meningkat, 5 meningkat)

Dengan criteria:
1.kontrol nyeri (2 cukup menjadi skala 3 sedang)
2.pola tidur (3 sedang menjadi 4 cukup menurun)

Manajemen menyeri (1.08238)

1.Identifikasi skala nyeri
2.Identifikasi pengaruh nyeri pada kualitas hidup
3.monitor keberhasilan terapi komplementer yang sudah diberikan











F. Implementasi Dan Evaluasi

Diagnosa keperawatan Implementasi Evaluasi
Jam
Tanggal : 10 juni 2020 Tanggal : 13 juni 2020
Jam : 06.30
Kode (D.0056)
Kategori (Fisiologis)
Subkategori (Aktivitas/Istirahat

Intoleransi Aktivitas b.d kelemahan.
07.00 1. Mengidentifikasi defisit tingkat  aktivitas
Hasil : pasien merasakan aktivitasnya tidak nyaman
2. Memonitor,fisik,sosial,dan spiriktual terhadap aktivitas
Hasil : sedikit berhasil S : klien mengatakan sudah mulai bisa beraktivitas
O : pasien Nampak sedikit membaik
TD : 140/100 mmHg
          N  :  80 x/i
          P   : 20 x/i
  S   : 36,80C
A : masalah teratasi
P : pasien pulang intervensi dihentikan
Kode:D.0077
Kategori    : Pisikologis
Subkategori   : Nyeri dan             Kenyamanan

Nyeri akut b.dpeningkatan tekanan vascular selebral. 1.    Mengidentifikasi skala nyeri
Hasil : pasien mersasakan sakit kepala dan leher tegang
2.    mengidentifikasi pengaruh nyeri pada kualitas hidup
Hasil : nyeri sangat mengganggu pasien
3.    Memonitor keberhasilan terapi komplementer yang sudah diberikan
Hasil : terapi meditasi sedikit mengurangi rasa nyeri
S : klien mengatakan nyeri yang dirasakan sedikit berkurang
O : Pasien tidak Nampak meringis
A : Masalah teratasi
P : pasien pulang intervensi dihentikan


 
 
 


BAB IV
PENUTUP
A.    Kesimpulan
Hipertensi adalah penyakit kelainan jantung dan pembuluh darah dimana tekanan sistoliknya diatas 140 mmHg dan diastoliknya diatas 90 mmHg.Penyebab hipertensi sendiri ada dua yaitu penyebab primer dan sekunder.Penyebab primer seperti Elastisitas dinding aorta menurun, Katub jantung menebal dan menjadi kaku. Sedangkan penyebab sekunder lom ditau pasti apa penyebabnya namun beberapa peneliti menyebutkan penyebabnya yaitu faktor keturunan .
Terapi yang dapat diberikan yaitu terapi antihipertensi adalah pengurangan morbiditas dan mortalitas penyakit kardiovaskular dan ginjal. Karena sebagian besar pasien dengan hipertensi, terutama yang berumur sedikitnya 50 tahun, mendapatkan tekanan darah diastolik yang normal bila tekanan sisitolik normal dapat diwujudkan, maka tujuan utama terapi hipertensi adalah mempertahankan tekanan sistolik dalam batas normal.
Rumusan asuhan keperawatan pada kasus hipertensi dari makalah ini, umumnya sama pada asuhan keperawatan lainnya yang terdiri dari penkajian, diagnose, intervensi, implementasi, dan evaluasi dengan menggunakan buku SDKI-SLKI-SIKI sebagai bahan acuan.
B.     Saran
1.      Bagi mahasiswa, intervensi yang dilakukan diatas dapat diterapkan untuk kasus hipertensi. Namun, harus tetap disesuaikan dengan kasus yang ada sehingga dibutuhkan pengembangan materi selanjutnya.
2.      Bagi masyarakat, Makalah ini juga dapat dijadikan referensi untuk menambah pengetahuan masyarakat tentang hipertensi.
3.      Bagi ilmu keperawatan, makalah ini dapat dijadikan sebagai referensi tambahan mengenai hipertensi.





























DAFTAR PUSTAKA
1.        Publikasi J, Goesalosna D. PKU MUHAMMADIYAH SURAKARTA. 2019;1–7.
2.        Putra VJ, Kep S. ILMIAH AKHIR NERS ( KIA-N ) Asuhan Keperawatan Hipertensi Pada Ib . A dengan Pemberian Slow Deep Breathing Di Wisma Delima Panti Sosial Tresna Werdha Kasih Sayang Ibu Batusangkar Tahun 2019 OLEH STIKes PERINTIS PADANG PERNYATAAN ORISINALITAS. 2019;
3.        Studi P, Budaya K, Universitas P, Oleo H, Tenggara S. Penggunaan Obat Tradisional Seledri dengan Obat Paten terhadap Penyakit Hipertensi pada Masyarakat di Kecamatan Puuwatu 1. 2019;4(2):9–16.
4.        Keilmuan B, Kuala PUS. ASUHAN KEPERAWATAN PADA LANSIA DENGAN HIPERTENSI Nursing Care with Hypertension in The Elderly Hypertension akhirnya menjadi istilah kedokteran yang populer untuk menyebut penyakit tekanan darah tinggi . Tekanan yang dipompakan dari jantung untuk tajam dan kemudian menetap tinggi , orang tekanan darah tinggi atau hipertensi Hipertensi adalah peningkatan abnormal pada tekanan sistolik 140 mmHg tekanan darah persisten , di mana tekanan mendapatkan serangan jantung dan stroke dinamakan White Coat Hypertension . Bentuk hipertensi ini adalah meningkatnya tekanan darah yang terjadi selama kunjungan ke dokter , namun tidak di rumah . Berdasarkan data Global Burden of Data dari The National Health and Nutrition Examination umur . Pada populasi umum , pria lebih pengobatan terhadap seiring bertambahnya umur , sedangkan perbandingan hipertensi yang tidak terkontrol yang menjalani pengobatan bertambah seiring bertambahnya umur . Menurut Darmajo & Hadimartono 90 mmHg , dan hipertensi sistolik terisolasi dari 90 mmHg . Sedangkan berdasarkan menjadi dua golongan , yaitu : Hipertensi Hipertensi primer atau esensial atau pula hipertensi idiopatik adalah hipertensi yang tidak diketahui. 2007;II(1).
5.        Ii BAB, Pengertian A. No Title. 2003;(Jnc Vi).
6.        Ii BAB. Pengaruh Pemberian Jus..., DIAH NOVITA SARI, Fakultas Ilmu Kesehatan UMP, 2018. 2008;8–29 

Komentar