ASUHAN KEPERAWATAN MENJELANG AJAL (GAGAL GINJAL KRONIK). Kelompok V

 ASUHAN KEPERAWATAN MENJELANG AJAL

(GAGAL GINJAL KRONIK)

PADA LANSIA


 




OLEH:

KELOMPOK V

Bangkit astowin S.0017.P.011

Ilmi nurul rahmah S.0017.P.017

Leni ani safitri S.0017.P.023

Samsul S.0017.P.032

Suramadhan S.0017.P.037

Nurbiantoro S.0016.P.020







SEKOLAH TINGGI ILMU KESEHATAN

KARYA KESEHATAN

KENDARI

2020 

KATA PENGANTAR


Puji dan syukur saya panjatkan ke hadirat Allah SWT,Karena berkat  rahmat-Nya  kami dapat menyelesaikan penyusunan makalah ini tepat pada waktunya. Terlantun solawat serta salam buat untuk imam besar  kita semua Nabi Muhammad SAW.


Kami menyadari bahwa dalam penyusunan makalah ini masih banyak kekurangan, baik dari segi isi maupun redaksinya. Makalah ini masih jauh dari kesempurnaan karena itu kami mengharapkan kritik dan saran yang membangun agar dapat menyusun makalah yang lebih baik di masa yang akan datang. Semoga makalah ini bermanfaat untuk memberikan kontribusi  bagi kita dalam memajukan ilmu keperawatan.




Kendari, 27 juli 2020

 

DAFTAR ISI

Contents

KATA PENGANTAR 2

DAFTAR ISI 3

BAB I 5

PENDAHULUAN 5

A. Latar belakang 5

B. Tujuan 6

C. Manfaat 6

BAB II 8

TINJAUAN TEORI 8

A. Definisi 8

B. Anatomi fisiologi 8

C. Etiologi 10

D. Patofisiologi 10

E. Pathway 11

F. Manifestasi klinis 12

G. klasifikasi 12

H. Pemeriksaan penunjang 12

I. Penatalaksanaan 13

BAB III 14

KONSEP KEPERAWATAN 14

A. Pengkajian 14

B. Diagnosa 18

C. Kriteria Hasil 18

D. Intervensi 18

BAB IV 20

ASUHAN KEPERAWATAN 20

A. Kasus 20

B. Pengkajian 20

C. Analisis data 22

D. Diagnosa 23

E. Rencana asuhan keperawatan keperawatan 24

F. Implementasi & evaluasi 26

BAB V 28

PENUTUP 28

A. kesimpulan 28

B. Saran 28

DAFTAR PUSTAKA 29


DAFTAR TABEL

Nomor Judul Halaman

Tabel 1. Analisa data 23

Tabel 2. Rencana asuhan keperawatan 24

Tabel 3. Implementasi dan evaluasi 26

 

BAB I

PENDAHULUAN

A. Latar belakang

Lanjut usia (lansia) merupakan tahap akhir dari kehidupan manusia yang dianggap sebagai seseorang yang mengalami berbagai penurunan fungsi kehidupannya. Proses menua didalam perjalanan hidup manusia merupakan suatu peristiwa yang akan dialami oleh semua orang yang dikaruniai umur panjang dan berlangsung secara terus menerus(1). 

Selain perubahan kemunduran fisik dan mental, lansia juga cenderung berkonsentrasi pada masalah kematian. Semakin lanjut usia seseorang, biasanya individu menjadi lebih mementingkan tentang kematian itu sendiri dan kematian diri sendiri. Pemikiran tentang kematian merupakan bagian yang penting pada tahap akhir kehidupan bagi banyak individu dalam proses menjelang ajal(2)

Penurunan system kerja organ di usia lanjut dapat menyebabkan penyakit, mulai dari penyakit ringan hingga penyakit yang sulit disembuhkan bahkan tidak dapat disembuhkan, penyakit yang tidak dapat disembuhkan disebut dengan penyakit terminal. Pasien penyakit terminal adalah pasien yang sedang menderita sakit dimana tingkat penyakitnya telah mencapai stadium lanjut sehingga pengobatan medis sudah tidak mungkin dapat menyembuhkan lagi. Jadi keadaan terminal adalah suatu keadaan sakit dimana menurut akal sehat tidak ada harapan lagi bagi yang sakit untuk sembuh. Keadaan sakit tersebut dapat disebabkan oleh suatu penyakit atau suatu kecelakaan(3).

Salah satu dari banyak penyakit terminal  yaitu gagal ginjal kronik. GGK adalah suatu keadaan klinis yang ditandai dengan penurunan fungsi ginjal yang irreversibel. Akibat dari penurunan atau kegagalan fungsi ginjal akan terjadi penumpukan zat-zat toksik dalam tubuh. Kondisi ini memerlukan tindakan dialysis yang bertujuan menggantikan fungsi ginjal sehingga memperbaiki kualitas hidup pada penderita GGK(4).

Menurut WHO, terdapat 57 juta kematian di dunia, dimana Proportional Mortality Rate (PMR) penyakit tidak menular di dunia adalait sebesar 36 juta (63%) (WHO, 2011). Angka penyakit tidak menular juga terus mengalami peningkatan. Salah satu penyakit tidak menular yang juga mengalami peningkatan adalah Gagal Ginjal Kronik (GGK)(5).

Tingginya prevalensi gagal ginjal kronis juga terjadi di Indonesia, karena angka ini dari tahun ke tahun terus mengalami kenaikan. Jumlah penderita gagal ginjal kronis di Indonesia Berdasarkan data pada masing-masing provinsi di Indonesia, angka prevalensi tertinggi GGK yaitu berada di Sulawesi Tengah sebesar 0,5%, diikuti Aceh, Gorontalo, dan Sulawesi Utara masing-masing 0,4%. Untuk provinsi Nusta Tenggara Timur, Sulawesi Selatan, Lampung, Jawa Barat, Jawa tengah, Jawa Timur  dan Yogyakarta masing-masing 0,3%, dan Sulawesi Tenggara 0,2%(6).

Penderita GGK disarankan agar melakukan Transplantasi ginjal karena ini merupakan pengobatan yang paling efektif agar penderita GGK hidupnya tidak tergantung pada alat dialisa. Salah satu terapi yang dapat dilakukan oleh penderita GGK yaitu hemodialisa. Hemodialisa (HD) adalah suatu prosedur dimana darah dikeluarkan dari tubuh pen- derita dan beredar dalam sebuah mesin di luar tubuh yang disebut dialiser. Frekuensi tindakan HD bervariasi tergantung banyaknya fungsi ginjal yang tersisa, rata rata penderita menjala- ni tiga kali dalam seminggu, sedangkan lama pelaksanaan hemodialisa paling sedikit tiga sampai empat jam tiap sekali tindakan terapi(7).


B. Tujuan

1. Mahasiswa mengetahui proses terjadinya penyakit gagal ginjal kronik

2. Mahasiswa mengetahui cara mencegah gagal ginjal kronik

3. Mahasiswa mampu merumuskan rencana asuhan keperawatan pada penyakit gagal ginjal kronik

C. Manfaat 

1. Bagi mahasiswa, makalah ini dapat dijadikan sebagai bahan reverensi untuk materi kasus gagal ginjal kronik

2. Bagi masyarakat, makalah ini dapat memberikan edukasi tentang penyebab serta pencegahan gagal ginjal kronik

3. Bagi Ilmu pengetahuan keperawatan, makalah ini dapat dijadikan sebagai update referensi mengenai kasus gagal ginjal kronik

 

BAB II

TINJAUAN TEORI

A. Definisi

Gagal ginjal kronik adalah kegagalan fungsi ginjal untuk mempertahankan metabolisme serta keseimbangan cairan dan elektrolit akibat destruksi struktur ginjal yang progresif dengan maninfestasi penumpukan sisa metabolit (toksik uremik) di dalam darah(8). Gagal ginjal kronik atau penyakit tahab akhir adalah gangguan fungsi ginjal yang menahun berifat progresif dan irreversible(8).

Gagal Ginjal Kronik (GGK) atau Chronic Kidney Disease ( CKD) adalah suatu penurunan fungsi ginjal yang cukup berat dan terjadi secara perlahan dalam waktu yang lama (menahun) yang di sebabkan oleh berbagai penyakit ginjal, bersifat progesif dan umumnya tidak dapat pulih(9).

B. Anatomi fisiologi

1. Ginjal

Ginjal merupakan suatu organ yang terletak retroperitoneal pada dinding abdomen di kanan dan kiri columna vertebralis setinggi vertebra T12 hingga L3. Ginjal kanan terletak lebih rendah dari yang kiri karena besarnya lobus hepar. Ginjal dibungkus oleh tiga lapis jaringan. Jaringan yang terdalam adalah kapsula renalis, jaringan pada lapisan kedua adalah adiposa, dan jaringan terluar adalah fascia renal. Ketiga lapis jaringan ini 9 berfungsi sebagai pelindung dari trauma dan memfiksasi ginjal.

Ginjal memiliki korteks ginjal di bagian luar yang berwarna coklat terang dan medula ginjal di bagian dalam yang berwarna coklat gelap. Korteks ginjal mengandung jutaan alat penyaring disebut nefron. Setiap nefron terdiri dari glomerulus dan tubulus. Medula ginjal terdiri dari beberapa massa-massa triangular disebut piramida ginjal dengan basis menghadap korteks dan bagian apeks yang menonjol ke medial. Piramida ginjal berguna untuk mengumpulkan hasil ekskresi yang kemudian disalurkan ke tubulus kolektivus menuju pelvis ginjal.

2. Fisiologi

Ginjal menjalankan fungsi yang vital sebagai pengatur volume dan komposisi kimia darah dan lingkungan dalam tubuh dengan mengekresikan zat terlarut dan air secara selektif. Fungsi vital ginjal dicapai dengan filtrasi plasma darah melalui glomerulus dengan reabsorpsi sejumlah zat terlarut dan air dalam jumlah yang sesuai di sepanjang tubulus ginjal. Kelebihan zat terlarut dan air di eksresikan keluar tubuh dalam urin melalui sistem pengumpulan urin.

ginjal memiliki fungsi yaitu:

a. Mempertahankan keseimbangan H2O dalam tubuh.

b. Memelihara volume plasma yang sesuai sehingga sangat berperan dalam pengaturan jangka panjang tekanan darah arteri.

c. Membantu memelihara keseimbangan asam basa pada tubuh. 

d. Mengekskresikan produk-produk sisa metabolisme tubuh. 

e. Mengekskresikan senyawa asing seperti obat-obatan.

Ginjal mendapatkan darah yang harus disaring dari arteri. Ginjal kemudian akan mengambil zat-zat yang berbahaya dari darah. Zat-zat yang diambil dari darah pun diubah menjadi urin. Urin lalu akan dikumpulkan dan dialirkan ke ureter. Setelah ureter, urin akan ditampung terlebih dahulu di kandung kemih. Bila orang tersebut merasakan keinginan berkemih dan keadaan memungkinkan, maka urin yang ditampung dikandung kemih akan di keluarkan lewat uretra.

Tiga proses utama akan terjadi di nefron dalam pembentukan urin, yaitu filtrasi, reabsorpsi, dan sekresi. Pembentukan urin dimulai dengan filtrasi sejumlah besar cairan yang hampir bebas protein dari kapiler glomerulus ke kapsula Bowman. Kebanyakan zat dalam plasma, kecuali protein, di filtrasi secara bebas sehingga konsentrasinya pada filtrat glomerulus dalam kapsula bowman hampir sama dengan plasma. Awalnya zat akan difiltrasi secara bebas oleh kapiler glomerulus tetapi tidak difiltrasi, kemudian di reabsorpsi parsial, reabsorpsi lengkap dan kemudian akan dieksresi.

C. Etiologi

Penyebab dari gagal ginjal kronik ( GGK) yaitu Infeksi saluran kemih (pielonefritis kronis), Penyakit peradangan (glomerulonefritis), Penyakit vaskuler hipertensif (nefrosklerosis, stenosis Arteri renalis), Gangguan jaringan penyambung (SLE, poliarteritis nodusa, sklerosis sitemik), Penyakit kongenital dan herediter (penyakit ginjal polikistik, asidosis tubulus ginjal), Penyakit metabolik (DM, gout, hiperparatiroidisme), Nefropati toksik, Nefropati obstruktif (batu saluran kemih).

Hipoglikemia adalah kadar glukosa darah yang abnormal atau rendah, terjadi kalau kadar glukosa darah turun dibawah 50 hingga 60 mg/dl (2,7 hingga 3,3 mmol/L), (Smeltzer, 2008). Sedangkan hipoglikemi merupakan salah satu dari komplikasi atau efek dari proses hemodialisa.

D. Patofisiologi

Penyakit gagal ginjal kronik pada awalnya tergantung pada penyakit yang men-dasarinya, tapi dalam perkem-bangan selanjutnya proses yang terjadi kurang lebih sama. Mula-mula karena adanya zat toksik, infeksi dan obstruksi saluran kemih yang menyebab-kan retensi urine. Dari penyebab tersebut, Glomerular Filtration Rate (GFR) di seluruh massa nefron turun dibawah normal. Hal yang dapat terjadi dari menurunnya GFR meliputi: sekresi protein terganggu, retensi Na dan sekresi eritropoitin turun. Hal ini mengakibatkan terjadinya sindrom uremia yang diikuti oleh peningkatan asam lambung dan pruritus. Asam lambung yang meningkat akan merangsang rasa mual, dapat juga terjadi iritasi pada lambung dan perdarahan jika iritasi tersebut tidak ditangani yang dapat menyebabkan melena.

Proses retensi Na menyebabkan total cairan ekstra seluler meningkat, kemudian terjadilah edema. Edema tersebut menyebabkan beban jantung naik sehingga adanya hipertrofi ventrikel kiri dan curah jantung menurun. Proses hipertrofi tersebut diikuti juga dengan menurunnya cardiac output yang menyebabkan menurun-nya aliran darah ke ginjal, kemudian terjadilah retensi Na dan H2O meningkat.

Hal ini menyebabkan kelebihan volume cairan pada pasien GGK. Selain itu menurunnya cardiac output juga dapat menyebabkan suplai oksigen kejaringan mengalami penurunan menjadikan meta- bolisme anaerob menyebabkan timbunan asam meningkat sehingga nyeri sendi terjadi, selain itu cardiac output juga dapat mengakibatkan penuru- nan suplai oksigen keotak yang dapat meng-akibatkan kehilangan kesadaran. Hipertrofi ventrikel akan mengakibatkan payah jantung kiri sehingga bendungan atrium kiri naik, mengakibatkan tekanan vena pulmonalis sehingga kapiler paru naik terjadi edema paru yang mengakibatkan difusi O2 dan CO2 terhambat sehingga pasien merasakan sesak. Adapun Hb yang menurun akan mengakibatkan suplai O2 Hb turun dan pasien GGK akan mengalami kelemahan atau gangguan perfusi jaringan(9).

E. Pathway















F. Manifestasi klinis

Pasien GGK stadium 1 sampai 3 (dengan GFR ≥ 30 mL/menit/1,73 m 2 ) biasanya memiliki gejala asimtomatik. Pada stadium-stadium ini masih belum ditemukan gangguan elektrolit dan metabolik. Sebaliknya, gejala-gejala tersebut dapat ditemukan pada GGK stadium 4 dan 5 (dengan GFR < 30 mL/menit/1,73 m 2 ) bersamaan dengan poliuria, hematuria, dan edema. Selain itu, ditemukan juga uremia yang ditandai dengan peningkatan limbah nitrogen di dalam darah, gangguan keseimbangan cairan elektrolit dan asam basa dalam tubuh yang pada keadaan lanjut akanmenyebabkan gangguan fungsi pada semua sistem organ tubuh (Arora, 2014). 

Kelainan hematologi juga dapat ditemukan pada penderita ESRD. Anemia normositik dan normokromik selalu terjadi, hal ini disebabkan karena defisiensi pembentukan eritropoetin oleh ginjal sehingga pembentukan sel darah merah dan masa hidupnya pun berkurang (Arora, 2014).

G. klasifikasi

berdasarkan dari stadium tingkat penurunan GFR adalah sebagai berikut :

1. Stadium 1 Kerusakan ginjal dengan GFR normal (90 atau lebih)

2. Stadium 2 : Kerusakan ginjal dengan penurunan ringan pada GFR (60-89).

3. Stadium 3: Penurunan lanjut pada GFR (30-59)

4. Stadium 4 : Penurunan berat pada GFR (15-29)

5. Stadium 5 : Kegagalan ginjal (GFR di bawah 15)

H. Pemeriksaan penunjang

Tujuan pemeriksaan laboratorium yaitu memastikan dan menentukan derajat penurunan faal ginjal (LFG), identifikasi etiologi dan menentukan perjalanan penyakit termasuk semua faktor pemburuk faal ginjal 

1. Pemeriksaan faal ginjal (LFG) Pemeriksaan ureum, kreatinin serum dan asam urat serum sudah cukup memadai sebagai uji saring untuk faal ginjal (LFG).

2. Etiologi gagal ginjal kronik (GGK) Analisis urin rutin, mikrobiologi urin, kimia darah, elektrolit dan imunodiagnosis.

3. Pemeriksaan laboratorium untuk perjalanan penyakit Progresivitas penurunan faal ginjal, hemopoiesis, elektrolit, endoktrin, dan pemeriksaan lain berdasarkan indikasi terutama faktor pemburuk faal ginjal (LFG).

I. Penatalaksanaan

Penatalaksanaan penyakit ginjal kronik meliputi :

1. Terapi spesifik terhadap penyakit dasarnya

2. Pencegahan dan terapi terhadap kondisi komorbid ( comorbid condition ) 

3. Memperlambat perburukkan fungsi ginjal.

4. Pencegahan dan terapi terhadap penyakit kardiovaskular

5. Pencegahan dan terapi terhadap komplikasi

6. Terapi pengganti ginjal berupa dialysis atau transplantasi ginjal.

 

BAB III

KONSEP KEPERAWATAN

A. Pengkajian 

Pengkajian pada klien gagal ginjal kronis sebenarnya hampir sama dengan klien gagal ginjal akut, namun disini pengkajian lebih menekankan pada support system untuk mempertahankan kondisi keseimbangan dalam tubuh. Dengan tidak optimalnya atau gagalnya fungsi ginjal, maka tubuh akan melakukan upaya kompensasi selagi dalam batas ambang kewajaran. Tetapi jika kondisi ini berlanjut (kronis), maka akan menimbulkan berbagai manifestasi klinis yang menandakan gangguan sistem tersebut. Berikut ini adalah pengkajian keperawatan pada klien dengan gagal ginjal kronik(10).

1. Biodata 

Tidak ada spesifikasi khusus untuk kejadian gagal ginjal kronik, namun pada laki-laki lebih beresiko tinggi terkait dengan pekerjaan dan pola hidup sehat. Gagal ginjal kronis merupakan periode lanjut dari insidensi gagal ginjal akut, sehingga tidak berdiri sendiri.

2. Riwayat 

Kesehatan Keluhan Utama Keluhan sangat bervariasi, terlebih terdapat penyakit sekunder yang menyertai. Keluhan bisa berupa output urin menurun (oliguria) sampai pada anuria, penurunan kesadaran karena komplikasi pada system sirkulasi-ventilasi, anoreksia, mual, muntah, fatigue, napas bau urea, dan pruritus. Kondisi ini dipicu oleh menurunnya fungsi ginjal sehingga berakibat terjadi penumpukan (akumulasi) zat sisa metabolisme dalam tubuh.

3. Riwayat Penyakit Sekarang

Pada pasien dengan gagal ginjal kronik biasanya mengalami penurunan output urin, penurunan kesadaran, perubahan pola nafas karena komplikasi dari gangguan sistem ventilasi, fatigue, perubahan fisiologi kulit, nafas bau urea. Pada kondisi yang sudah memburuk seperti pada gagal ginjal tahap akhir yang diperlukan terapi hemodialisa atau transplantasi ginjal, pasien sering didapati mengalami perubahan dalam segi psikologinya seperti depresi, cemas merasa tidak berdaya, putus asa.

4. Riwayat Penyakit Dahulu

Kemungkinan adanya riwayat penyakit Diabetes Mellitus (DM), nefrosklerosis, hipertensi, gagal ginjal akut yang tidak tertangani dengan baik, obstruksi atau infeksi urinarius, penyalahgunaan analgetik.

5. Riwayat Penyakit Keluarga 

Gagal ginjal kronik bukan merupakan merupakan penyakit menular dan menurun, sehingga silsilah keluarga tidak terlalu berpengaruh pada penyakit ini. Namun penyakit Diabetes Mellitus dan hipertensi memiliki pengaruh terhadap kejadian penyakit gagal ginjal kronik karena penyakit tersebut bersifat herediter.

6. Riwayat psikososial

Kondisi ini tidak selalu ada gangguan jika pasien memiliki koping adaptif. Namun biasanya, perubahan psikososial dapat terjadi ketika klien mengalami perubahan struktur fungsi tubuh dan menjalani proses dialisis. Rutinnya tindakan terapi dialisis ini juga dapat mengganggu psikososial pasien yaitu pasien dapat merasakan keputusasaan dan ketidakberdayaan akibat ketergantungan pada alat dialisis. Selain itu, kondisi ini juga dipicu oleh biaya yang dikeluarkan selama proses pengobatan sehingga klien mengalami kecemasan.

7. Pola Fungsi Kesehatan 

a. Pola pemeliharaan–pemeliharaan 

Biasanya pasien dengan Gagal Ginjal Kronik mempunyai persepsi yang kurang baik terhadap kesehatannya dan biasanya pasien mengalami nyeri bersifat hilang timbul, lemah, mual, dan terdapat odem.

b. Pola aktivitas latihan 

Biasanya pasien dengan Gagal Ginjal Kronik mengalami gangguan aktivitas karena adanya kelemahan otot.

c. Pola nutrisi metabolik 

Biasanya pasien dengan Gagal Ginjal Kronik mengalami gangguan pada pola nutrisi, yaitu mual, muntah, anoreksia, yang disertai penurunan berat badan.

d. Pola eliminasi 

Biasanya pasien dengan Gagal Ginjal Kronik mengalami gangguan eliminasi, misalnya oliguria, diare atau konstipasi, dan perut kembung.

e. Pola tidur–istirahat 

Biasanya pasien dengan Gagal Ginjal Kronik mengalami gangguan pola tidur, sulit tidur dan kadang sering terbangun di malam hari.

f. Pola kognitif–perceptual

Biasanya pasien dengan Gagal Ginjal Kronik memiliki komunikasi yang baik dengan orang lain, pendengaran dan penglihatan baik, dan tidak menggunakan alat bantu.

g. Pola toleransi-koping stress 

Biasanya pasien dengan Gagal Ginjal Kronik, dapat menerima keadaan penyakitnya.

h. Persepsi diri atau konsep diri 

Biasanya pasien dengan Gagal Ginjal Kronik tidak mengalami gangguan konsep diri.

i. Pola seksual–reproduksi

Biasanya pasien dengan Gagal Ginjal Kronik mengalami gangguan ini sehubungan dengan kelemahan tubuh.

j. Pola hubungan dan peran

Biasanya pasien dengan Gagal Ginjal Kronik, memiliki komunikasi yang baik dengan keluarga, perawat, dokter, dan lingkungan sekitar.

k. Pola nilai dan keyakinan

Biasanya pasien dengan Gagal Ginjal Kronik tidak mengalami gangguan dalam pola nilai dan keyakinan.

8. Pemeriksaan Fisik

a. Kondisi umum dan tanda-tanda vital

Kondisi klien gagal ginjal kronik biasanya lemah, tingkat kesadaran bergantung pada tingkat toksisitas. Pada pemeriksaan tanda-tanda vital sering didapatkan Respirasi Rate (RR) meningkat (takipnea), hipertensi atau hipotensi sesuai dengan kondisi fluktuatif.

b. Kulit, rambut dan kuku 

1) Inspeksi: warna kulit, jaringan parut, lesi,dan vaskularisasi. Amati adanya pruritus, dan abnormalitas lainnya.

2) Palpasi: palpasi kulit untuk mengetahui suhu, turgor, tekstur, edema, dan massa.

c. Kepala

1) Inspeksi: kesimetrisan muka. Tengkorak, kulit kepala (lesi, massa).

2) Palpasi: dengan cara merotasi dengan lembut ujung jari ke bawah dari tengah tengah garis kepala ke samping. Untuk mengetahui adanya bentuk kepala pembengkakan, massa, dan nyeri tekan, kekuatan akar rambut.

d. Mata

1) Inspeksi: kelopak mata, perhatikan bentuk dan kesimetrisannya. Amati daerah orbital ada tidaknya edema, kemerahan atau jaringan lunak dibawah bidang orbital, amati konjungtiva dan sklera (untuk mengetahui adanya anemis atau tidak) dengan menarik/membuka kelopak mata. Perhatikan warna, edema, dan lesi. Inspeksi kornea (kejernihan dan tekstur kornea) dengan berdiri disamping klien dengan menggunkan sinar cahaya tidak langsung. Inspeksi pupil, iris.

2) Palpasi: ada tidaknya pembengkakan pada orbital dan kelenjar lakrimal

e. Hidung

1) Inspeksi : kesimetrisan bentuk, adanya deformitas atau lesi dan cairan yang keluar.

2) Palpasi : batang dan jaringan lunak hidung adanya nyeri, massa, penyimpangan bentuk.

f. Telinga

1) Inspeksi : amati kesimetrisan bentuk, dan letak telinga, warna,dan lesi.

2) Palpasi: kartilago telinga untuk mengetahui jaringan lunak, tulang telinga ada nyeri atau tidak

g. Mulut dan faring 

1) Inspeksi : warna dan mukosa bibir, lesi, dan kelainankongenital, kebersihan mulut, faring.

h. Leher

1) Inspeksi: bentuk leher, kesimetrisan, warna kulit, adanya pembengkakan, jaringan parut atau massa.

2) Palpasi: kelenjar limfa/kelenjar getah bening, kelenjar tiroid.

i. Thorak dan tulang belakang

1) Inspeksi: kelainan bentuk thorak, kelainan bentuk tulang belakang, pada wanita (inspeksi payudara: bentuk dan ukuran).

2) Palpasi: ada tidaknya krepitus pada kusta, pada wanita (palpasi payudara: massa).

j. Abdomen 

1) Inspeksi: ada tidaknya pembesaran, datar, cekung, kebersihan umbilikus.

2) Palpasi: epigastrium, lien, hepar, ginjal.

3) Perkusi: 4 kuadran (timpani,hipertimpani, pekak).

4) Auskultasi: 4 kuadran (peristaltik usus diukur dalam 1 menit, bising usus).

k. Ekstremitas

1) Inspeksi: inspeksi kesimetrisan, lesi,massa.

2) Palpasi: tonus otot, kekuatan otot. Kaji sirkulasi : akral hangat/dingin, warna, Capillary Refill Time (CRT). Kaji kemampuan pergerakan sendi. Kaji reflek fisiologis : bisep, trisep, patela, arcilles. Kaji reflek patologis : reflek plantar.

B. Diagnosa

1. Gangguan pertukaran gas (D.0003) berhubungan dengan perubahan membran alveolus-kapiler

2. Intoleransi aktifitas (D.0056) b.d gangguan perfusi perifer

C. Kriteria Hasil

1. Gangguan pertukaran gas (D.0003) berhubungan dengan perubahan membran alveolus-kapiler

Pertukaran Gas: dispnea, bunyi nafas tambahan, takikardia, Ph arteri, pusing

2. Intoleransi aktifitas (D.0056) b.d gangguan perfusi perifer

D. Intervensi

1. Gangguan pertukaran gas (D.0003) berhubungan dengan perubahan membran alveolus-kapiler.

Terapi Oksigen:

a. Monitor Kecepatan aliran oksigen

b. Pertahankan kepatenan jalan nafas

c. Ajarkan pasien dan keluarga cara menggunakan oksigen dirumah

d. Kolaborasi penentuan oksigen dirumah

2. Intoleransi aktifitas (D.0056) b.d gangguan perfusi perifer

a. Identifikasi gangguan fungsi tubuh yang mengakibatkan kelelahan

b. Lakukan latihan rentan gerak pasif

c. Anjurkan tirah baring

d. Kolaborasikan dengan ahli gizi tentang cara meningkatkan asupan makanan















BAB IV

ASUHAN KEPERAWATAN

A. Kasus

Seorang pasien Pria bernama Tn. L Berusia 60 tahun, datang dirumah sakit pada tanggal 10 mei 2020, jam 06.15 WITA dengan keluhan sesak sejak sehari sebelum masuk rumah sakit, keluarga klien mengatakan sering melakukan control dipoliklik rumah sakit, namun beberapa minggu terakhir tidak sempat melakukan pemeriksaan rutin akibat alas an tertentu. Klien mengalami riwayat hipertensi yang cukup lama. 

B. Pengkajian

1. Biodata pasien

a. Nama : Tn. L

b. Jenis kelamin : Laki-laki

c. Tempat, tanggal lahir/usia : Meluhu, 13 Mei 1960

d. Alamat : Kel. Meluhu, Kec. Meluhu

e. Pekerjaan : petani

f. Agama : Islam

g. Suku bangsa/ras : Tolaki

h. Pendidikan terakhir : SMA sederajat

i. Diagnosa medis : Irritable bowel syndrome

2. Identitas keluarga/wali

a. Nama : Tn. A

b. Jenis kelamin : Laki-laki

c. Usia : 37 tahun

d. Alamat : Kel. Meluhu, Kec. Meluhu

e. Hubungan keluarga dengan pasien : Anak pasien

3. Riwayat kesehatan

a. Keluhan utama saat MRS: Klien mengatakan sesak nafas sejak sehari sebelum masuk RS, batuk dan susah tidur sudah 3 hari sebelum masuk RS. Nafsu makan hilang, lemah saat beraktifitas. TD : 160/100 mmHg, N: 115x/ menit, RR 26x/menit, S: 36,8oC, diberikan terapi oksigen 4 lpm dan IVFD Ringer Lactat 12 tpm, PCT inf. 500mg

b. Keluhan utama saat pengkajian : Pasien sesak nafas

c. Riwayat Kesehatan masa lalu : Klien belum pernah di rawat di RS sebelumnya, klien mempunyai riwayat hipertensi dan maag sejak 2 tahun yang lalu,dan melakukan rawat jalan

d. Riwayat kesehatan keluarga :Keluarga klien tidak ada yang menpunyai riwayat pennyakit keturunan seperti hipertensi,diabetes militus,penyakit jantung,Asma,TBC

e. Kebiasaan : Minum kopi

f. Riwayat alergi : alergi makanan (udang, kepiting dan cumi-cumi)

g. Riwayat kesehatan keluarga : Genogram 3 generasi

 

Generasi I dan II : Tidak diketahui penyebab Kematian

Generasi ke III : Meninggal karena kecelakaan kerja dan yang satu tidak diketahui secara jelas



4. Keadaan umum dan tanda-tanda vital

a. Keadaan Umum : GCS 15 (composmetis)

b. Td : 160/80 MmHg

c. N : 115 X/Menit

d. S : 36,8o C

e. R : 26 X/Menit

5. Pengkajian fisik (sistem gastrointestinal)

1. Inspeksi

a. Pembesaran ginjal                : tidak ada

b. Distensi kandung kemih       : terjadi distensi kandung kemih

c. Asites                                    : terjadi asites pad ruang abdomen

d. Penggunaan alat bantu BAK : tidak ada pemasangan alat bantu BAK

2. Palpasi

a. Pembesaran ginjal                : Nefromegali

b. Kandung Kemih                    : nyeri tekan

3. Perkusi

a. Ginjal                                    : tidak normal

b. Kandung Kemih                    : hiper timpani

4. Auskultasi

a. Bruit arteri renalis                 : tidak ada


C. Analisis data

No Data Etiologi Problem

1 Ds: 

a. Klien mengeluh sesak sejak sehari sebelum masuk rumah sakit

b. Klien mengeluh lemas



Do:

a. Td : 160/80 MmHg

b. N : 115 X/Menit

c. S : 36,8o C

d. R : 26 X/Menit Retensi Na



CES meningkat



Tekanan kapiler naik




Volume interstitial naik




Edema paru






Dipsnea, sianosis




Gangguan pertukaran gas

Gangguan pertukaran gas berhubungan dengan perubahan membran alveolus-kapiler


2. Ds:

a. Klien mengeluh lemas saat beraktifitas


Do:

a. Td : 160/80 MmHg

b. N : 115 X/Menit

c. S : 36,8o C

d. R : 26 X/Menit Sekresi eritropoietin




Produksi Hb menurun




Suplai O2 ke jaringan menurun




Gangguan perfusi jaringan perifer




Intoleransi aktifitas Intoleransi aktifitas berhubungan dengan gangguan perfusi perifer

Tabel 1. Analisis data


D. Diagnosa

1. Gangguan pertukaran gas (D.0003) berhubungan dengan perubahan membran alveolus-kapiler

2. Intoleransi aktifitas (D.0056) berhubungan dengan gangguan perfusi perifer



 

E. Rencana asuhan keperawatan keperawatan

Nama Inisial Pasien : Tn. L Diagnosa Medis : Gagal Ginjal Kronik

Umur : 60 Th No. Register


NO Diagnosa Keperawatan SLKI Intervensi (NIC)

1. kategori : fisiologis

subkategori    : respirasi

Kode    : D.0003

Gangguan pertukaran gas b.d perubahan membran alveolus-kapiler

ditandai dengan :

Ds: 

a. Klien mengeluh sesak sejak sehari sebelum masuk rumah sakit

b. Klien mengeluh lemas

c.

Do:

Td : 160/80 MmHg

N : 115 X/Menit

S : 36,8o C

R : 26 X/Menit Setelah dilakukan tindakan keperawatan selama 3X24  jam/menit :

Pertukaran gas (L.01003) (skala 1 :meningkat, 2 : cukup meningkat, 3 :sedang, 4 : cukup menurun, 5 : menurun), 


dengan kriteria :

a. Dipsnea (skala 2  menjadi 3)



(skala 1 : memburuk, 2 : cukup memburuk, 3 :sedang, 4 : cukup membaik, 5 : membaik)


a. Takikardia (skala 2  menjadi 3) Intervensi Keperawatan 

Terapi Oksigen: (I.08250)

Aktivitas Keperawatan 

a. Monitor Kecepatan aliran oksigen

b. Pertahankan kepatenan jalan nafas

c. Ajarkan pasien dan keluarga cara menggunakan oksigen dirumah

d. Kolaborasi penentuan oksigen dirumah

2. Kategori : Fisiologis 

Subkategori    : aktifitas/istirahat

Kode    : D.0056

Intoleransi aktifitas b.d gangguan perfusi perifer

ditandai dengan :

Ds:

Klien mengeluh lemas saat beraktifitas

Do:

Td : 160/80 MmHg

N : 115 X/Menit

S : 36,8o C

R : 26 X/Menit

Setelah dilakukan tindakan keperawatan selama 3X24  jam/menit :

Toleransi aktifitas (L.05047)  (skala 1 :menurun, 2 : cukup menurun, 3 : sedang, 4 : cukup meningkat, 5 : meningkat) 


dengan kriteria :

a. Frekuensi nadi (skala 3 menjadi 4) Intervensi Keperawatan 

Manajemen energi (I.05178)

Aktivitas Keperawatan :

a. Identifikasi gangguan fungsi tubuh yang mengakibatkan kelelahan

b. Lakukan latihan rentan gerak pasif

c. Anjurkan tirah baring

d. Kolaborasikan dengan ahli gizi tentang cara meningkatkan asupan makanan


Tabel 3. Rencana asuhan keperawatan




F. Implementasi & evaluasi

Nama Inisial Pasien : Tn. R Diagnosa Medis : Combustio

Umur : 24 Th No. Register

Diagnosa Keperawatan Implementasi Evaluasi

Jam Tanggal : 10 Mei 2020 Hari/tanggal: 13 mei 2020

Jam : 06.30

kategori : fisiologis

subkategori    : respirasi

Kode    : D.0003

Gangguan pertukaran gas b.d perubahan membran alveolus-kapiler 07.00 a. Memonitor Kecepatan aliran oksigen

Hasil: aliran oksigen sebanyak 4 liter/menit

b. Mempertahankan kepatenan jalan nafas

Hasil: Jalan nafas dipatenkan, dibantu dengan posisi semifowler

c. Mengajarkan pasien dan keluarga cara menggunakan oksigen dirumah

Hasil: keluarga pasien memahami cara memasang oksigen dirumah

d. Mengkolaboraskani penentuan oksigen dirumah

Hasil: oksigen dirumah ditentukan sebanyak 2 liter/menit S: klien mengatakan masih merasa sesak

O:  TTV

Td : 160/80 MmHg

N : 108 X/Menit

S : 36,8o C

R : 24 X/Menit


Kategori : Fisiologis 

Subkategori    : aktifitas/istirahat

Kode    : D.0056

Intoleransi aktifitas b.d gangguan perfusi perifer


a. Mengidentifikasi gangguan fungsi tubuh yang mengakibatkan kelelahan

Hasil: Fungsi tubuh yang mengalami gangguan adalah, sistem metabolic dan kardiovaskuler

b. Melakukan latihan rentan gerak pasif

Hasil: latihan ROM pasif

c. Menganjurkan tirah baring

Hasil: klien dianjurkan untuk tirah baring

d. Mengkolaborasikan dengan ahli gizi tentang cara meningkatkan asupan makanan

Hasil: Peningkatan nafsu makan dilakukan oleh ahli gizi

S: rasa lemas masih dirasakan namun sudah berkurang

O: klien sehatrian hanya berbaring dan kurang gerak

TTV:

Td : 160/80 MmHg

N : 108 X/Menit

S : 36,8o C

R : 24 X/Menit



Tabel 4. Implemetansi & evaluasi


NO Diagnosa Evaluasi 

1 kategori : fisiologis

subkategori    : respirasi

Kode    : D.0003

Gangguan pertukaran gas b.d perubahan membran alveolus-kapiler S: klien mengatakan masih merasa sesak

O:  TTV

Td : 160/80 MmHg

N : 108 X/Menit

S : 36,8o C

R : 24 X/Menit

A: masalah belum teratasi

P: intervensi dipertahankan


2 Kategori : Fisiologis 

Subkategori    : aktifitas/istirahat

Kode    : D.0056

Intoleransi aktifitas b.d gangguan perfusi perifer

S: rasa lemas masih dirasakan namun sudah berkurang

O: klien sehatrian hanya berbaring dan kurang gerak

TTV:

Td : 160/80 MmHg

N : 108 X/Menit

S : 36,8o C

R : 24 X/Menit


A: masalah belum teratasi

P: intervensi dipertahankan


 

BAB V

PENUTUP

A. kesimpulan

Salah satu dari banyak penyakit terminal  yaitu gagal ginjal kronik. GGK adalah suatu keadaan klinis yang ditandai dengan penurunan fungsi ginjal yang irreversibel. Akibat dari penurunan atau kegagalan fungsi ginjal akan terjadi penumpukan zat-zat toksik dalam tubuh. Kondisi ini memerlukan tindakan dialysis yang bertujuan menggantikan fungsi ginjal sehingga memperbaiki kualitas hidup pada penderita GGK

Rumusan asuhan keperawatan keperawatan pada kasus gagal ginjal kronik dari makalah ini, umumnya sama pada asuhan keperawatan lainnya yang terdiri dari pengkajian, diagnosa, intervensi, implenentasi dan evaluasi, dengan buku nanda nic noc sebagai bahan acuan. Pada kasus gagal ginjal kronik ini saya menggunakan pengkajian KMB dengan pendekatan pada sistem gastrointestinal.

B. Saran

1. Bagi mahasiswa, intervensi yang dilakukan diatas dapat diterapkan untuk kasus gagal ginjal kronik. Namun, intervensi dapat lebih berkembang lagi dengan menyesuaikan masalah tingkat keparahan dan masalah kesehatn yang menyertai sehingga dibutuhkan pengembangan materi selanjutnya.

2. Makalah ini juga dapat dijadikan referensi untuk menambah pengetahuan masyarakat kususnya pada lansia tentang gagal ginjal kronik.

3. Bagi ilmu keperawatan, makalah ini juga dapat dijadikan sebagai referensi tambahan mengenai gagal ginjal kronik  pada lansia

 

DAFTAR PUSTAKA

1. Harapan P, Sabrian F, Utomo W. Studi Fenomenologi Persepsi Lansia Dalam Mempersiapkan Diri Menghadapi Kematian. Jom Psik. 2014;1(OKTOBER):1. 

2. Hulu A. Perawatan Menjelang Ajal Pada pada Pasien Lansia menurut Perspektif Budaya Nias di Desa Ombolata Kecamatan Alasa Kabupaten Nias Utara. 2016; 

3. Banjarnahor S. Hubungan Kesiapan Keluarga Dengan Kualitas Hidup Pasien Yang Menderita Penyakit Terminal Di Rumah Sakitmurni Teguh Medan. 2020;1(1):1–12. 

4. Pratiwi DA, Warsiti. Hubungan Dukungan Keluarga Dengan Tingkat Depresi Pasien Gagal Ginjal Kronik Dengan Hemodialisa Di Rs Pku Muhammadiyah Yogyakarta Naskah. 2014;1–17. 

5. lathifah j  annis umu. FAKTOR RISIKO KEJADIAN GAGAL GINJAL KRONIK PADA USIA DEWASA MUDA DI RSUD Dr. MOEWARDI. 2016; 

6. Riskesdas. riset kesehatan dasar. Expert Opin Investig Drugs. 2013;7(5):803–9. 

7. supriady, wagiyo  widowati sek. Tingkat Kualitas Hidup Pasien Gagal Ginjal Kronik Terapi Hemodialisis. KEMAS J Kesehat Masy. 2011;6(2):107–12. 

8. Ratri  anggi mustika. ASUHAN KEPERAWATAN PADA Tn. N DENGAN GANGGUAN SISTEM PERKEMIHAN: GAGAL GINJAL KRONIK DI RUANG ANGGREK BUGENVIL RSUD PANDAN ARANG BOYOLALI_. Ekp. 2015;13(3):1576–80. 

9. Handayani T. ASUHAN KEPERAWATAN PADA Tn. S DENGAN GAGAL GINJAL KRONIK YANG MENGALAMI HIPOGLIKEMIA DI RUANG HEMODIALISA RSUD Dr. MOEWARDI SURAKARTA. 2012; 

10. KARTIKASARI D. ASUHAN KEPERAWATAN PADA KLIEN GAGAL GINJAL KRONIK DENGAN MASALAH GANGGUAN PERTUKARAN GAS DI RUANG HEMODIALISA RUMAH SAKIT UMUM DAERAH BANGIL PASURUAN. 2018; 


Komentar